Ekonom senior yang juga mantan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengungkapkan penyebab menurunnya penerimaan negara yang terjadi pada Mei 2024 ini. Dia mengatakan salah satu penyebabnya, Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas, seperti minyak sawit hingga batu bara.
“Kita masih bergantung betul pada komoditas, pertama CPO (Crude Palm Oil), tambang, mineral, batu bara,” kata Anny dalam program Squawk Box dikutip pada Senin, (1/7/2024).
Anny menuturkan akibat ketergantungan itu, penerimaan negara dari sektor ekspor amat tergantung pada harga-harga komoditas di pasar global. Ketika harga komoditas naik seperti pada 2022, maka penerimaan negara akan ikut terkerek.
Sebaliknya, ketika harga-harga komoditas tengah turun seperti sekarang, penerimaan negara dari sisi ekspor akan mengalami pelemahan. Hal itu kemudian akan berpengaruh pada sisi penerimaan di sektor pajak maupun bukan pajak (PNBP).
“Ketergantungan kita pada ekspor komoditas ini bahaya, karena ini sangat tergantung sekali pada konstelasi pertumbuhan ekonomi dunia dan situasi politik eksternal,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah mencatat penerimaan negara per Mei 2024 mengalami kontraksi sebesar 7,1% secara year-on-year. Sementara itu, APBN juga mengalami defisit sebesar 0,10% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Anny menilai defisit APBN kali ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, defisit ini terjadi karena merosotnya penerimaan negara.”Defisitnya memang sudah diperkirakan dalam dokumen APBN 2024, tapi yang membuat kita harus menaikkan alarm kewaspadaan kita lebih tinggi adalah karena defisit ini terjadi karena pendapatan negara yang turun,” kata dia.
Menurut Anny, ke depannya pemerintah perlu lebih menggalakkan proyek hilirisasi, dibarengi dengan upaya mendorong industri. Dia mencontohkan produk sawit sebenarnya sudah memiliki banyak turunan baik untuk makanan, kosmetik maupun untuk sumber energi. Dia mengatakan hilirisasi produk sawit itu dapat didorong lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.
“Sebetulnya kita punya prospek untuk melakukan pengolahan lebih lanjut, mungkin orientasinya tidak ekspor tapi pemenuhan kebutuhan industri domestik,” kata dia.
Sumber : CNBC Indonesia