Kementerian Keuangan memprediksi surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 akan lebih kecil dibandingkan tahun 2023. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Anggaran Isa Rachmatarwata melihat realisasi pendapatan belanja APBN hingga akhir Maret 2024.
“Kita tidak akan melihat surplus sehebat tahun lalu,” kata Isa dalam rilis APBN Kita edisi Maret 2024, Jumat, (26/4/2024).
Berdasarkan rilis APBN per Maret 2024, anggaran negara hanya mencatatkan surplus sebesar Rp8,1 triliun atau 0,04% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Komponen pendapatan negara mencapai Rp620,02 triliun atau 22,1% dari target. Pendapatan alami penurunan hingga 4,1% secara year on year (yoy). Sedangkan belanja terealisasi Rp611,9 triliun atau 18,4%. Besarnya kenaikan pengeluaran tersebut dipicu oleh belanja Pemilu dan subsidi yang dilakukan di awal tahun.
Kondisi surplus APBN tersebut jauh dari keadaan APBN pada akhir Maret 2023. Tahun lalu, APBN akhir Maret tercatat surplus sebesar Rp128,5 triliun atau 0,61% terhadap PDB. Hal tersebut didorong oleh tingginya penerimaan negara.
Isa mengatakan kondisi APBN yang tidak seperkasa tahun lalu sudah diprediksi oleh Kemenkeu. Dia mengatakan memang terjadi belanja dalam jumlah besar di awal tahun ini karena penyelenggaraan Pemilu.
Dia bilang ke depannya, akan terjadi normalisasi belanja negara. “Mudah-mudahan kami bisa memanage surplus-defisit ini walaupun kita sadari tidak akan setebal tahun lalu,” kata dia.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan kondisi APBN yang surplus tipis di Maret 2023 terjadi karena adanya kontraksi di sisi penerimaan. Sementara, pada sisi belanja ada percepatan karena pemilu.
“Ini setiap bulan akan berubah, tapi fundamental APBN 2024 didesain defisit di 2,29% dari PDB,” kata dia.
Sumber : CNBC Indonesia