Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Jawa Timur (Jatim) Sigit Danang Joyo menyebut Core Tax System sebagai sebuah kebutuhan.
Core Tax System adalah sistem inti administrasi perpajakan (SIAP) yang merupakan sistem teknologi informasi dalam administrasi perpajakan. Tujuan sistem ini adalah untuk memberikan solusi, otomatisasi proses bisnis yang dijalankan otoritas perpajakan yakni DJP.
“Ini kebutuhan lho. Kalau kita gak segera beralih ke era digitalisasi dan pakai AI (artificial intelligence) ya mungkin kita gak akan sanggup mengelola data yang sedemikian banyak,” ujarnya di podcast YouTube Hermanto Tanoko yang dirilis beberapa waktu lalu.
Pajak menurut Sigit adalah field yang sangat dinamis tanpa henti sehingga reformasi juga tanpa berhenti. Kondisi ini terjadi di seluruh dunia
Dalam kesempatan itu Sigit juga menegaskan fungsi pajak tidak hanya sebagai budgeter yang menopang dan berkontribusi untuk penerimaan negara hampir 80 persen. Masih ada fungsi lainnya seperti regular end yang merupakan pengambilan kebijakan di sektor ekonomi.
“Artinya yang bisa membuat ekonomi untuk terus tetap tumbuh terus ketika ada pandemi kemaren kan (pajak) ini mengatur,” ujarnya.
Termasuk di dalam fungsi pajak sebagai stabilitas ekonomi yang ditujukan, misalnya, menjaga UMKM tetap stabil.
Kemudian fungsi lainnya adalah redistribusi kekayaan, di mana yang kaya membantu yang miskin lewat skema tarif progresif, sebagai contoh.
Ia juga berharap masyarakat harus lebih jernih melihat isu tentang perpajakan, termasuk bagaimana pelanggaran hukum betul-betul ditindak. Isu tentang subsidi, pembangunan infrastruktur, minyak dan gas, hingga BPJS kesehatan semuanya pasti terkait pajak.
Sementara kesadaran dan trust kepada pajak harus tetap ada dan bertumbuh sehingga ujungnya adalah semua orang menikmatinya.
Sigit juga ditanya tentang dirinya yang pernah mengikuti seleksi capim KPK pada 2019 lalu namun tidak terpilih. Awalnya dia tidak bersedia namun karena perintah pimpinan waktu itu, maka ia harus mengikuti seleksi.
“Kalau ikut (seleksi) itu gimana ya, mungkin waktu itu lebih tepat saya dipaksa,” kata dia.
Ia menuturkan bahwa pimpinan melihat rekam jejak dan pengalaman Sigit yang sudah sangat banyak. Mulai dari jadi staf khusus presiden hingga bertanggung jawab dalam strategi nasional pencegahan wabah korupsi serta perbaikan sistem
“Kemudian waktu itu kita juga banyak berkolaborasi dengan Bappenas dan KPK. Nah, ini mungkin dilihat dari rekam jejak dan kapasitas saya cukup memadai. Itulah waktu itu saya didorong ikut capim KPK,” jelas Sigit.
“Saya ndak mau, tapi begitu diperintah waktu itu oleh pimpinan, ya sudah saya ikut,” ujarnya lagi.
Sumber : CNBC Indonesia